Opini oleh: Astil Harli Roslan
Kecintaan terhadap kampus bukanlah sesuatu yang muncul secara tiba-tiba. Ia tumbuh dari proses panjang interaksi, pengalaman, dan keterlibatan emosional antara mahasiswa dengan lingkungan akademiknya. Dalam perspektif psikologi sosial, hubungan antara individu dan institusi dapat dipahami melalui kerangka Triangular Theory of Love yang diperkenalkan oleh Robert Sternberg (1986). Sternberg menjelaskan bahwa cinta sejati terbentuk dari tiga unsur utama intimacy, passion, dan commitment. Jika konsep ini diadaptasikan ke dalam dunia pendidikan tinggi, ketiganya dapat menggambarkan bagaimana rasa cinta mahasiswa terhadap kampus bertransformasi menjadi energi positif yang mendorong partisipasi, loyalitas, dan kontribusi nyata bagi pengembangan almamater.

Intimacy: Kedekatan Emosional dengan Kampus
Intimacy menggambarkan adanya rasa keterhubungan, kedekatan emosional, dan keakraban. Dalam hubungan antarindividu, hal ini berarti adanya saling memahami, empati, dan rasa nyaman satu sama lain. Jika diterapkan dalam kehidupan kampus, intimacy mencerminkan perasaan mahasiswa yang benar-benar “menyatu” dengan lingkungan akademiknya. Mahasiswa STIE Enam Enam Kendari yang memiliki intimacy tinggi akan merasa bahwa kampus adalah rumah kedua, tempat tumbuhnya identitas, nilai, dan kebanggaan diri. Hubungan emosional ini terbentuk dari interaksi positif dengan dosen, sesama mahasiswa, serta suasana akademik yang mendukung pengembangan potensi. Dari kedekatan inilah muncul rasa bangga menjadi bagian dari almamater dan dorongan menjaga citra baik kampus di masyarakat.
Passion: Semangat dan Antusiasme Akademik
Komponen kedua, passion, mencerminkan energi, motivasi, dan antusiasme. Pada kehidupan mahasiswa, passion berarti semangat berprestasi dan keinginan kuat untuk berkontribusi dalam kegiatan akademik maupun nonakademik. Mahasiswa STIE Enam Enam menunjukkan passion melalui keterlibatan aktif dalam kegiatan organisasi, penelitian, kompetisi ilmiah, serta keikutsertaan dalam program pengembangan kapasitas seperti studi pustaka ke UPT Perpustakaan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan mobility student & literature study di Malaysia. Melalui kegiatan ini, mahasiswa tidak hanya memperluas wawasan ilmiah, tetapi juga menyalakan semangat global untuk membawa nama baik kampus ke tingkat internasional. Energi tersebut menjadikan kampus bukan hanya ruang formal untuk belajar, tetapi juga wadah inspiratif untuk membangun karakter dan semangat kebersamaan.
Commitment: Kesetiaan dan Pengabdian Jangka Panjang
Komponen terakhir adalah commitment, yaitu keputusan sadar untuk tetap setia dan berkontribusi terhadap kampus. Dalam konteks STIE Enam Enam Kendari, commitment terlihat dalam konsistensi mahasiswa dan alumni mendukung program-program institusi, menjaga reputasi akademik, serta berperan aktif dalam kegiatan sosial dan kemasyarakatan. Kesetiaan ini menjadi bukti bahwa cinta terhadap kampus tidak berhenti ketika wisuda berlangsung, tetapi terus hidup dalam bentuk pengabdian, dukungan moral, dan jejaring profesional yang membawa manfaat bagi almamater.
Peran Dukungan Lembaga dalam Menumbuhkan Cinta Akademik
Cinta akademik mahasiswa tidak mungkin tumbuh tanpa dukungan lembaga yang kuat dan konsisten. STIE Enam Enam Kendari telah menunjukkan komitmen institusional dalam menciptakan ekosistem yang mendorong kedekatan emosional (intimacy), membangkitkan semangat akademik (passion), dan menumbuhkan kesetiaan jangka panjang (commitment). Melalui dukungan pimpinan, dosen, dan unit-unit kerja yang proaktif, kampus memberikan ruang luas bagi mahasiswa untuk berkembang, berekspresi, dan berkontribusi secara konstruktif. Kegiatan internasional, studi literatur, serta kolaborasi lintas universitas menjadi bagian dari strategi kelembagaan dalam memperkuat rasa memiliki dan kebanggaan mahasiswa terhadap almamater. Dukungan seperti ini membuat kecintaan mahasiswa terhadap kampus bukan sekadar emosi sementara, tetapi menjadi budaya yang mengakar dan diwariskan antar generasi civitas akademika.
Penutup: Cinta Akademik yang Seimbang
Saat intimacy, passion, dan commitment hadir secara seimbang, maka terbentuklah complete love bentuk cinta yang utuh menurut Sternberg. Dalam kehidupan kampus, keseimbangan ini melahirkan hubungan yang saling menguatkan antara mahasiswa dan institusi. Mahasiswa STIE Enam Enam Kendari tidak hanya mencintai kampus karena fasilitas atau prestasi, tetapi karena keterikatan emosional, semangat berprestasi, dan komitmen untuk berkontribusi. Dengan cinta akademik yang demikian, kampus bukan sekadar tempat menimba ilmu, melainkan menjadi ruang pengabdian, kebanggaan, dan pembentukan karakter unggul yang sesungguhnya.

